Cincin Persahabatan
Cincin Persahabatan( Cerita Fantasi)
Oleh:Es Setyowati
Napas Wanda tersengal-sengal saat berlari menyelusuri sepanjang pantai Putri bersama dengan Nia, sahabatnya.
“Nia, istirahat dulu yuk! Di situ dekat pohon nyiur,” ajak Wandan.
Nia memelankan larinya kemudian berhenti mendekati Wanda yang berada di belakangnya. Wanda tampak kelelahan, melihat kondisi Wanda Nia segera menggandeng Wanda diajak duduk di bawah pohon nyiur.
Semilir angin membelai rambut Nia dan Wanda. Debur ombak berkejaran menjadi pemandangan yang sedap dipandang. Burung camar pun terbang rendah di atas permukaan air laut seakan mengintip ikan-ikan yang akan jadi mangsanya. Keindahan alam itu menjadi pusat perhatian mereka tidak sedetik pun dilewatkan sambil minum air kelapa muda.
“Apakah lelahmu sudah terobati, Wanda?” tanya Nia
“Sudah Nia, kita bisa melanjutkan larinya.”
Nia tersenyum dan memandang Wajah Wanda dengan saksama untuk memastikan bahwa kondisinya sudah normal.
“Yakin ... mau melanjutkan lari! Nanti kalau kamu pingsan, siapa yang menolong? Memang mau ditinggal di sini,” canda Nia sambil ketawa
Menanggapi gurauan itu wanda tersenyum bahagia, karena Wanda tahu bahwa Nia tidak akan melakukan itu, yakni meninggalkannya jika ia pingsan sungguhan. Lalu keduanya tertawa bersama.
Keduanya beranjak hendak melanjutkan larinya, tetapi sayup terdengar suara tangisan seseorang. Mereka saling berpandangan untuk meyakinkan apakah benar suara tersebut. Tanpa dikomando keduanya menganggukkan kepala.
“Ayo, kita cari!”
Mereka mengikuti sumber suara itu dan berakhir di sebuah batu karang agak menjorok ke laut. Beruntung air surut sehingga bisa dijangkau. Betapa terkejut kedua gadis itu ketika menyaksikan sebuah keganjilan.
“Haah ... Putri duyung ,” pekik mereka. Ada putri duyung !”
Seketika putri duyung menoleh dan terlihat ketakutan bertemu dengan Wanda dan Nia.
“Jangan takut! Kami tidak akan menyakitimu.”
Sontak, ketakutannya berkurang berubah menjadi senyum yang mengembang.
“Kenapa kamu menangis, putri duyung?”
“Aku tidak bisa pulang, karena laut surut aku terdampar di batu karang. Bisakah kalian menolongku?’’
“Bisa! Apakah kamu sendirian? Kenapa bisa sampai terdampar?”
“Ya, aku sendirian. Aku bisa terdampar karena terlena bermain. Ayah dan Ibuku sudah berpesan jika muncul di permukaan untuk saat ini tidak boleh lebih dari dua jam sebab air akan surut. Jika itu terjadi aku tidak bisa pulang jika, tidak dibantu untuk mencapai air laut.”
“Oh, jadi kamu mengabaikan pesan ayah dan ibumu.”
“Aku menyesal telah melanggar pesannya,” kata duyung sambil menangis.
Baik, kita akan menolongmu menuju ke air laut, tetapi jangan mengulangi kesalahan yang sama.”
“Terima kasih, sebagai cendera mata sekaligus sebagai tanda persahabatan aku akan memberikan cincin ini. Dengan cincin ini persahabatan akan selalu kita kenang. Kalian juga bisa ketemu aku lagi dan bisa bermain ke rumahku.’’
“Terima kasih.”
Kemudian Wanda dan Nia mengangkat putri duyung ke laut. Mereka saling melambaikan tangan tanda perpisahan sementara.
Comments
Post a Comment