Sekeping Kisah di Bulan Mei ( hari 15,16, 17)

 Surat Masa Depan

Oleh : Essetyowatie

Aku membongkar kamar Bapak setelah 40 hari kepergiannya menghadap Sang Pencipta. Tujuanku untuk mengeluarkan barang yang tidak digunakan  dan disedekahkan pada orang yang memerlukan dan menyisakan beberapa untuk kenang-kenangan. Itu wasiat bapak yang pernah terucap


 Aku terkejut menemukan sepucuk surat dengan perangko yang masih disegel. Kuambil surat tersebut dan rupanya itu sudah lama sekali, dilihat dari perangko dan tampilannya  yang sudah menguning. 


Di amplop tertulis Untuk Fransiskaku tersayang. Hatiku mak deg, siapa ini Fransiska, sedangkan nama ibuku Hayati dan Ibuku sudah lebih dulu berpulang.


Sempat terlintas prasangka buruk pada bapak, mungkinkah bapak mendua selama masih ada ibu. Buru-buru kutepis prasangka itu, atau mungkin ini kisah masa lalu yang belum selesai.


Aku buka dengan tangan gemetar dan penasaran. Ada dua lembar surat.


Fransiskaku tersayang

Aku berharap engkau akan benar-benar hadir dalam hidupku. Aku sangat mendambakanmu.

Jika kelak Tuhan berkehendak menghadirkan dirimu dalam kehidupanku aku ingin kehidupanmu bermanfaat untuk orang lain  punya adab dan berilmu, apa pun profesi yang kau pilih. 

Kalau bapak ingin, kamu seperti bapak menjadi dokter, tapi bila kamu ingin seperti ibumu bapak juga senang. Ibumu seorang pebisnis dan penulis. Ibumu perempuan hebat, disela kesibukannya, keluarga tetap diutamakan. 


Salam

Jakarta, 18 Agustus 1986


 Surat berikutnya


Fransiskaku

Alhamdulillah, telah lahir buah kasihku seorang bayi perempuan yang cantik. Aku dan istri sepakat memberi nama Aminah Fransiska Manur. Berharap engkau kelak menjadi seorang perempuan yang dapat dipercaya, mandiri dan setia.

Kami berdua akan merawatmu dalam dekapan kasih sayang dan balutan doa. Semoga  Allah mengijabahinya.


Jakarta, 18 Agustus 1990

Salam sayang dari

Syamsudin &  Hayati


Kulipat kembali surat itu, aku menangis dan  beristigfar mohon ampun pada Allah telah bersuudzon pada Bapak. Betapa sayangnya kedua orang tua padaku, jauh sebelum aku lahir semua harapan bapak telah dituliskan, hanya sebuah harapan tanpa pemaksaan. 

Terima kasih ayah, ibu harapanya telah terwujud menjelma dalam diriku.


#meinulis

#meinulishari15

Merantau Semusim


Oleh:Essetyowatie


Musim kemarau telah datang, semua tumbuhan perlahan mengering. Rumput yang menghijau akan berubah menjadi coklat kemudian menghitam. Telaga sebagai satu-satunya sumber air kehidupan sudah mulai berkurang debit airnya, makin lama makin surut ke bawah menampakkan retakan tanah di dinding telaga.


 Pohon asem yang biasanya kita gunakan untuk berteduh mulai menampakkan  daun-daun yang gugur. Sedangkan pohon jati di sekitar telaga sudah mulai  menggugurkan daun-daunnya pula. Pohon randu pun tidak mau kalah ikut juga menggugurkan daun-daunnya. Itulah salah satu cara untuk bertahan di tengah kering kerontang tetumbuhan dan retaknya tanah kala kemarau melanda.


Kamu tahu pemandangan hijau yang selalu kita pandang akan berubah menjadi pohon-pohon tanpa daun hingga yang tertinggal ranting ranting yang membentuk pemandangan sangat mengerikan. Hutan terlihat seperti  tempat yang menyeramkan apalagi  kala senja burung -burung sriti terbang melintas perbukitan kering, nampak seperti istana penyihir. Namun saat yang demikian selalu aku nantikan karena dimusim kemarau kau selalu merantau untuk meraup rupiah ke kota.


Aku senang kalau kamu datang dari merantau membawa buah tangan. Meninggalkan desa saat musim kemarau dan pulang kala musim penghujan. Esok harinya kita turun lagi keladang dan sawah.


"Lihatlah, hutan jati kembali rimbun." Jemarimu menunjuk ke hutan jati. 


Telaga perlahan mulai  menunjukan pertambahan debit airnya. Pohon-pohon randu pun mulai bersemi kembali. Sungguh pemandangan surgawi telah kembali. 

Aku tersenyum bahagia mengingat itu semuanya tetapi gembiraku menjadi suram karena kamu tidak pernah datang kembali ke dalam jiwaku. 


#meinulis

#meinulisHari16


WESEL  DARI MASA KEMASA


Oleh: Essetyowatie


Kala zaman masih  terentang  jarak dibatasi oleh ruang dan waktu

Berita belum secepat kilat menyebar butuh waktu untuk bisa mendengar

Media cetak berupa  koran masih menjadi andalan yang sangat bagus

Peristiwa pagi baru terbaca sore, berita sore terbaca pagi

Komunikasi belum secanggih masa kini namun bisa dijangkau dengan telepon kabel

Telepon kabel menjadi sarana yang pas untuk berbicara jarak jauh dan jangkauannya terbatas tidak bisa dibawa kemana-mana dan ongkosnya juga tidak murah 


Jika tidak terjangkau telepon bisa berbicara lewat tulisan yang ditulis di kertas yang disebut surat. Selanjutnya dimasukkan dalam amplop dibubuhi perangko dan dikirim lewat kantor pos.


Jika harus  mengirimkan uang bisa juga melalui kantor pos dengan benda pos yang bernama wesel. Layanan weselpos sangat aman dan ung akan sampai pada alamat yang di tuju.  Pengambil uang di kantor pos. Bagi perantau wesel pos menjadi sahabat sejati. Tempat menaruhkan semua harapan tentang pengiriman keuangan pada saudara atau orang tua.


Weselpos tidak hanya teman bagi perantau yang bekerja tetapi teman juga untuk para orang tua yang putra putrinya  kuliah di luar kota yakni  untuk mengirimi uang.

Weselpos sangat familiar pada masanya sampai sekarang pun weselpos masih eksis googling dari Pos Indonesia. Weselpos bisa untuk pengiriman uang di dalam negeri maupun luar negeri. Jadi bila teman-teman masih suka menggunakan weselpos  tentu saja bisa meskipun sekarang sudah banyak cara untuk pengiriman uang. Silakan datang ke kantor pos.


#meinulis

#meinulisHari17

#menulistemakhusus

Comments

Popular posts from this blog

Reading Slump

Parenting Memahami Anak Usia Dini

Sehat ala Rasolullah Bisa Hidup Tenang