Cinta Yang Hilang(Fikmin)
Cinta Yang Hilang
Karya:Es Setyowatie
Bunga selalu menampakkan keindahan dan siapa pun akan terpesona baik pecinta bunga atau pun bukan. Begitu pun dengan Taman Puspa yang kupandangi saat ini selalu menawarkan keindahan dan memanjakan mata yang menandang. Sejauh pandangan hanya berujung pada himpunan bunga warna-warni yang mempesona. Aku pun dibuatnya takjub
Dulu kita selalu ke sana setiap akhir bulan untuk melepaskan penat dan menyegarkan pikiran. Bersama dengan anak semata wayang kita. Aku sangat senang kala putriku yang berambut hitam tebal, bermata bulat dan berkulit sawi matang khas Asia. Aku sendiri selaku ibunya berdarah Jawa sedang ayahnya berdarah Sunda.
Tingkahnya sangat menyita perhatianku kala gadis kecil berumur 8 tahun itu, mengendap endap di balik rerimbunan daun bungan akan menangkap kupu-kupu dan kemudian lepas dari incaranya. Langkah berikutnya berkejaran dengan kupu – kupu yang terbang dari satu bunga ke bunga lain. Kemudian mengendap -endap lagi dengan kaki berjinjit untuk menyamarkan gerakan agar rama – rama tidak terbang, namun usahanya gagal.
Setelah itu berlari kearahku mengeluhkan betapa sulitnya menangkap kupu-kupu dengan air mata yang sudah mengembun. Aku rengkuh dalam pelukan sambil memberikan nasehat. “Bila Nita menginginkan kupu – kupu tidak usah mengejarnya nanti akan capek, tapi tanamlah bunga di halaman rumah maka kupu itu akan mendekat sendiri. Biarkan mereka terbang bebas di alam.” Nita putriku menganggukkan kepala seulas senyum menghias sudut bibirnya.
Tak terasa kejadian yang sederhana akan menjadi kenangan yang sangat indah saat putriku telah pergi selamanya.
Ya ,Nita gadis kecilku sudahmenghadap Yang Maha Kuasa karena leukemia.
Sejak itu Taman Puspa tidak lagi indah di mataku, bahkan bunga - bunga di halaman yang kutanam untuk anakku telah kubiarkan layu, seperti hatiku. Aku hanya duduk memandang bunga-bunga yang mengering, kemudian berharap bunga -bunga itu tumbuh subur dan Nita akan menyaksikan kupu – kupu yang beterbangan. Mengenang itu air mata membanjiri lekuk pipiku.
“Ma, ikhlaskan kepergian Nita. Biarkan jalannya Nita lapang tanpa hambatan. Ayo papa antar ke pusaranya dan kita doakan bersama-sama."
“Baik, Pa. Ajari aku untuk ikhlas dikala rasa rindu tak beemuara tak mampu memeluk untuk bertemu.”
Aku berdiri di papah suami, masuk ke mobil menuju pusara Nita.
Gresik, 05-04-2024(revisi dari naskah tanggap cinta bulan Februari2024)
Pic :Screnshot dari ig dan fb
Comments
Post a Comment