Kembali

  Kembali




Oleh: Es Setyowatie

 

Rindu adalah dara yang berusia 14 tahun masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Ia memiliki  rambut lurus berkulit kuning langsat dan selalu berpakaian rapi. Sosoknya sangat ceria dan suka membantu temannya yang kesulitan membuat banyak anak yang senang padanya. Rambutnya sebahu sering kali di ikat ekor kuda terutama saat pelajaran olah raga. Dara yang tinggi semampai itu merupakan anak tunggal dari pasangan Satiyo dan Hanum.

  

Namun keceriaan Rindu yang suka  memakai baju biru tiba-tiba lenyap semenjak ayah dan ibunya bercerai. Ada rasa yang hilang di kehidupannya. Ia yang  biasa bercengkrama dengan ibunya tiba- tiba harus berpisah karena dipaksa  sebab hak asuh jatuh pada Ayahnya. Ini membuat gadis itu uring -uringan. Ketika ia izin sama ayahnya untuk tinggal dengan ibunya, dirasakan juga  hal yang sama. Sama-sama menemukan ruang kosong yang sepi. Akirnya ia memutuskan tidak ikut ibunya juga tidak ikut ayahnya, melainkan ikut neneknya.



 Bahkan  akhir-akhir ini ia sering menyendiri. Dara kelas delapan itu tidak tahu banyak kenapa keduanya berpisah. Ia hanya merasakan perubahan kebiasan yang terjadi di keluarganya. Kebiasaan paska kedua orang tuanya bercerai membuat Rindu tertekan lahir batin. Usianya masih terlalu muda    untuk mengerti pernak-pernik  gelombang kehidupan. Usianya masih sangat belia, 14 tahun saat peristiwa itu terjadi Kehidupan yang baru , dengan tanpa ayah atau tanpa ibu membuat goncangan tersendiri baginya.


Mentalnya memang sedang labil sehingga ia sering menangis dan murung. Saat disekolahpun ia melakukan hal yang sama yaitu menyendiri. Apalagi temannya yang bernama  Kenang suka usil dengan masalah pribadinya. 

“Hay, Rindu!. Kasihan deh, sekarang ayah ibumu tercerai beriai. Memang enak ya, seperti itu? Tapi enak lho sekarang Rindu bisa  ikut  ayahnya, bisa ikut ibunya.Apalagi sekarang Rindu punya dua ibu,” ledek  Kenang

Rindu yang mempunyai perasaan peka tentu saja merasa terganggu dengan olokan teman-temanya. Kadang saat di kantin pun ,temanya ada yang nyelutuk tanya, Kenapa Ayah dan ibumu bercerai ?

Dadanya terasa semakin sesak dan darahnya seakan mendidih. Rindu yang biasanya hanya diam ketika dipermainkan teman-temannya ia tidak kuat lagi menahannya.Ia berteriak histeris, Hentikan!

Jangan bully aku terus menerus. Aku sudah lelah kemudian Rindu menangis dan bergegas meninggalkan ruang kelas  untuk pulang. 


Beruntung neneknya memahami psikologis yang dialami Rindu. Dilihatnya Rindu marah -marah tanpa sebab, dan pernah menangis terisak isak di kamar hingga tertidur.  Anaknya lebih suka menarik diri dari pergaulan, hanya mau keluar untuk sekolah saja dan terkadang enggan juga untuk berangkat ”

Puncaknya ketika ada surat dari sekolah mengundang  orang tuanya hadir. Ia semakin bingung surat itu mau diberikan pada siapa ,karena dalam benaknya yang namanya kedua orang tua itu harus dalam satu rumah tidak berpisah. Dalam kebingungannya ia berteriak sambil menangis, dan ini membuat neneknya terhenyak dan kemudian mendekap cucunya. 

Dalam dekapan perempuan yang sudah setengah abad lebih itu, ia terus menangis tersedu-sedu. Pelukannya  semakin  erat seolah meminta perlindungan.

Sejak saat itu Rindu malah menutup diri, ia enggan  bergaul saat istirahat. Ia baca buku di dalam kelas untuk menghindari ejekan teman-temannya. Dan ia juga  menjadi malas sekolah. Sehingga banyak absen yang mengisi buku hadirnya. 

***

Suatu hari saat Rindu pulang sekolah ,ia langsung masuk kamar dan menangis. Sikapnya tentu saja membuat neneknya  terhenyak kemudian melangkah  menuju kamar Rindu dan membawa Rindu dalam pelukannya. 

“ Apa yang menyebabkan kamu menangis seperti ini?” tanya neneknya

Sambil terisak ia menjawab, “Rindu bingung, Nek.”

“Apa yang kamu bingungkan?” Nenek melepaskan pelukannya karena tangisnya sudah mereda dan sekarang  mereka duduk  berdampingan.

“Apa yang kamu bingungkan?” nenek mengulangi pertanyaannya lagi.

Rindu bergeming tapi ia mengeluarkan sepucuk surat yang berasal dari guru BP nya kemudian diberikan pada neneknya.

Nenek menerima dan membacanya.

“”Oh, jadi ini penyebabnya,” kata nenek


“Lantas apa yang kamu bingungkan?”

“Rindu bingung Nek, surat ini mau diberikan kepada siapa,  Ayah dan Ibu sudah tidak bersatu dan rindu merasa malu, rendah  diri karena tidak mempunyai ayah dan ibu yang bersatu. Rindu merasa sendiri,tidak disayangi dan merasa hidup Rindu tidak berguna.

Memdengar itu menek.mendekat dan mengelus rambut Rindu.

“Rindu sayang! Siapa bilang ayah dan ibumu tidak sayang kamu?” Meskipun ,

mereka berdua telah berpisah, tetapi masih menyayangimu.  

“Siapa bilang hidupmu tidak berguna? nenek sangat membutuhkann kehadiranmu dan nenek akan selalu ada untukmu.  Sudah besok nenek yang akan datang karena nenek ada untukmu.”

Hati Rindu merasa tentram dan ia tersenyum.

“Nah,  tersenyum membuatmu terlihat lebih cantik.” Nenek mengandeng Rindu berjalan keluar rumah sambil berkata,” Besok Nenek yang akan membawa surat dari guru BPmu ke sekolah.”

 Sejak Nenek menghadap guru BP kondisi mental Rindu semakin membaik dan bisa kembali ceria.

Kota Damai,30 Agustus 2022








Comments

Popular posts from this blog

Reading Slump

Parenting Memahami Anak Usia Dini

Sehat ala Rasolullah Bisa Hidup Tenang