KEPERCAYAANKU RUNTUH ~CERMIN
Cermin
Kepercayaanku Runtuh
Penulis Endang Setyowati
Kulambaikan seiring senyum menghias bibirku. Lambaian itu dibalas hangat oleh Prawiro yang sengaja duduk dekat jendela, agar bisa melihatku saat kereta melaju menuju ibukota . Aku masih tetap berdiri memandang kereta yang semakin lama semakin mengecil kemudian menghilang dari pandangan.
Kata -kata Prawiro masih terngiang di telingaku, ”Jangan khawatir, Lan aku akan tetap memegang janji yang telah terucap. Harapanku kita berdua sama-sama memegang janji. Kepergianku saat ini juga demi masa depan kita.”
Lani berjanji pada dirinya untuk memegang janji Prawiro. Air mata Lani mengalir bagaikan anak sungai yang deras menelusuri lembah pipi. Lani berupaya menghapus air matanya kemudian melenggang meninggalkan stasiun. Karena esok hari kembali dihadapkan pada aktivitas rutin.
***
Lima tahun setelah Prawiro merantau, hari ini Lani menerima kabar kalau Pujaan hatinya akan kembali ke kota kelahiran. Hati Lani berbunga-bunga laksana mekarnya bunga di taman harum mewangi. Itu tentu sangat menyenangkan. Ia membayangkan bagaimana senyum Prawiro akan seperti bulan sabit yang menawan.
Gadis berambut panjang sebahu itu ingin membuat kejutan dengan menjemputnya sendiri ke stasiun Pasar Turi.
Hatinya berdebar saat memdengar pengumuman bahwa kereta Sembrani akan segera memasuki stasiun di jalur tiga. Kebetulan tempat Lani berdiri tidak jauh dari jalur tiga tersebut.
Aku mundur beberapa langkah dari jalur kereta api itu. Pandanganku fokus pada para penumang yang turun. Sangat sulit juga mencari seseorang dikerumunan orang asing bagaikan mencari jarum di tumpukan jerami.
Akhirn kulihat sosok Prawiro tetapi, aku dibuatnya terkejut karena ia mengandeng seorang wanita yang seumuran denganku. Wajahnya cantik, berkulit bersih dan berhidung mancung. Cara berpakaiannya terlihat seorang perempuan berkelas. Wanita itu sangat ramah.
Kuabaikan dulu keterkejutanku, aku memanggilnya juga memberi tanda dengan lambaian tangan.
“Mas Prawiro,...!”
Iya membalas dengan lambaian pula dan berjalan ke arahku.
Hatiku semakin deg deg an kala perempuan muda itu menggandeng tangannya
“Apa kabar Mas Prawiro?” tanyaku
“Siapa ini Mas?”
“Dengan tenangnya ia menjawab, ia teman dekatku. Biar enak ngobrol, kita cari minum dulu, ya.”
Aku tidak menjawab serta menunjukka rasa ridak suka tetapi malah malah balik bertanya
“Lantas kau anggap seperti apa diriku di matamu?”
“Tenang Lani! Bisa saya jelaskan!”
"Aku tidak butuh penjelasan, semuanya sudah bisa dibaca. Kau inggkar janji!"
Usai mengatakan tersebut Lani berlari meninggalkan Prawiro dengan mengendong belantara duka.
Grsk, 10-12-2022
#NBO
Comments
Post a Comment