Di UJUNG TAHUN







Di ujung Tahun

Penulis:Endang Setyowati

Desember bulan yang diguyur rinai hujan tak kenal waktu.Bisa di awal waktu,  saat sinar bagaskara sepenggalah, mentari di atas ubun-ubun, di akhir senja, atau di sepertiga malam. Dinginnya membasuh pada hati yang berusaha menyamarkan segenap  asa belum teraih. Merenung kembali perjalanan yang kian menepi sebelum benar-benar berhenti. 


365 hari rentang waktu telah melangkah bersama anila dan teriknya sang surya. Terekam segala gerak terlukis pada dinding-dinding bisu  dengan setia mencacat tanpa jeda. Tangis,tawa, sedih, bahagia terkumpul dalam himpunan peristiwa kelak akan tersimpan dalam peti kenangan. Kendati hariku berjalan sesuai rencana tetapi masih saja ada celah yang membeku tak bisa teraih oleh jangkauan tangan dan pikiranku. 

“Apakah tanganku terlalu pendek untuk meraih impianku yang telah kutulis?  Apakah pikiranku terlalu bebal sehingga tidak bisa mencari solusi dari masalah yang telah menghimpit?” tanyaku  pada dirimu.

Kamu  hanya tersenyum saja dan bergeming memandangi diriku kemudian tanpa kuduga kau raih jemari tanganku dan duduk di sampingku. Hatiku berdebar, jantungku berdetak keras dag dig dug. Aku menikmati sejenak kebersamaan ini kulirik   ada senyum bahagia menghiasi wajahmu. Hatiku semakin berbunga-bunga seakan jutaan kupu kupu beterbangan mencari nektar dari satu bunga ke bunga  lainnya.

 “Tanganmu tidak pendek dan pikiranmu tidak bebal. Aku lihat dirimu sudah berusaha semaksimal mungkin. bila saat ini impianku juga belum berhasil jangan berputus harapan.  Kamu hanya butuh istirahat sejenak kemudian bergerak lagi. Keyakinanku mengatakan setelah beristirahat pikiranmu segar kembali dan semuanya akan baik-baik saja. Kamu pantas untuk sukses,”  jawabnya.

Kini ganti aku yang tersenyum dan bibirku terkunci tidak sanggup mengatakan terima kasih. Betapa besar perhatiannya  dia juga tidak menjatuhkan mentalku justru mensupportku hingga aku tidak merasa sendiri dan punya kekuatan  untuk melangkah.  Ya memang aku pantas untuk bahagia dan sukses


“Terima kasih, atas supportnya ,” ujarku

Ia menganggukkan kepala, saat pamit padaku sambil berbisik , tetaplah berjuang, tunggulah aku.  Sedangkan aku termangu melepas kepergiannya sambil mencerna kata terakhir























Comments

Popular posts from this blog

Reading Slump

Parenting Memahami Anak Usia Dini

Sehat ala Rasolullah Bisa Hidup Tenang