Pelangi di Langit Malam
#Judul: Pelangi di Langit Malam
#Tema:Perjuangan
#Ramadhanberkaryaday3
#AEpublishing
#Essetyowati --Romance
Bab 3
Bernapas pun Perlu Berjuang
Perjuangan terberat ialah melawan rasa takut, cemas, dan ragu. Hadapi takutmu, tikamlah cemasmu, musnahkan ragamu. Niscaya akan kau dekap kemenanganmu.
---Rosi RosmalaDewi---
Arisanti terbangun dan melihat jam di atas nakas menunjukkan pukul 3.30. Ia menggeliat sebentar kemudian duduk dan membenarkan letak selimut yang menutupi tubuh suaminya yang masih tertidur lelap. wajah tenang sekali, mungkin lewat tengah malam baru tidur. Sebab waktu Arisanti tidur suaminya masih memdesain gambar kolam renang yang akan di tunjukan pada customernya esok hari.
Dengan pelan Arisanti melipir ke samping tempat tidur untuk turun. Jalannya pun pelan -pelan kuatir suaminya bangun kalau terlalu berisik. Arisanti menuju tempat wudu untuk bersuci karena akan mendirikan salat malam. melakukan salat malammya di kamar, sebenarnya ada ruangan kusus untuk salat namun, untuk salat malam Arisanti lebih memilih melakukan di kamar. Di kamar ada ruang kosong yang terletak di sebelah kiri tempat tidur. terkadang ada sedikit rasa takut kalau mau salat malam sendiri di luar kamar, kecuali bersama suaminya.
Selesai salat Ia melirik kesuaminya masih tidur pulas. Arisanti berniat mau naik lagi ke kasur sambil membaca buku namun tiba-tiba teringat kalau Bu Darmi sudah tidak lagi bekerja di rumahnya. Maka Ia segera bergegas ke dapur.Suaminya di biarkan tidur, nanti akan dibangunkan waktu azan subuh agar salat subuhnya tidak terlambat.
Ditariknya napas panjang dengan pelan. Dalam benaknya apa yang harus dikerjakan lebih dulu mengingat semua pekerjaan di rumah akan dikerjakan sendiri
Akhirnya ia memutuskan untuk mengerjakan pekerjaan di dapur, yaitu menyiapkan sarapan pagi berupa nasi dan lauk-pauk untuk melengkapinya , mumpung si kecil belum bangun. Ia ingat hari ini suaminya akan berangkat lebih pagi dari biasanya karena mau survei lokasi untuk pembuatan kolam renang di Trenggalek.
Tiba-tiba terdengar azan subuh, berjalanlah Arisanti menuju kamar untuk membangunkan suaminya. Sebelum sampai kamarnya ditengoklah kamar si kecil, tidurnya pulas sekali. Pintunya ditutup kembali secara pelan-pelan, kemudian bergegas menuju kamarnya. Ternyata Mas Wira sudah bangun.Suaminya melipat selimut dan merapikan bantal beserta spreinya.
"Aku kira belum bangun Mas Wira?" kata Arisanti.
"Sudah dong, tidak ada yang mau meninggalkan salat subuh," kata Wira dengan santai
"Pastilah! Dalam keadaan apapun kan salat tidak boleh di tinggalkan,"sahutku
Kami berdua tertawa bersama
****
Sarapan dan teh hangat sudah disiapkan di atas meja oleh Arisanti.Tak lama kemudian Wira menghampiri meja makan duduk di kursi untuk sarapan bersama. Arisanti mengambilkan nasi dan lauk ayam goreng Laos ditambah tumis dan Sambel bajak. Setelah menyerahkan nasi pada Wira, Arisanti mengambil lagi nasi untuk dirinya sendiri. Dengan tenang keduanya sarapan bersama. Selesai sarapan sembari meminum teh hangat aroma melati Wira membuka percakapan.
"Aku nanti pulang agak malam, mungkin saja kalau belum selasai akan bermalam di sana."
"Iya Mas Wira, tidak apa-apa. Hati-hati di sana! jangan lupa memberi kabar!"
"Eh. belum juga berangkat, sudah minta diberi kabar, "kata Wira sambil melirik istrinya.
Arisanti menjadi kikuk, dan membalas dengan cubitan ringan di tangan Wira.
Wira pura -pura mengaduh menahan sakit, membuat Arisanti semakin salah tingkah. Padahal Arisanti tahu kalau cubitannya tidak akan terasa sakit. Kemudian mereka melangkah meninggalkan meja makan.
"Ini si kecil belum bangun juga ya," kata Wira sambil melenggang menuju kamar Muhammad Prambudi Ganendra jagoan kecilnya.
"Eit, ....biarkan tidur jangan di ganggu!" kata Arisanti
"Cuman mau mengintip saja, barangkali sudah bangun. Biasanya Pram kalau bangun masih malas -malasan di tempat tidur nunggu di bopong ," kata Wira
"Belum bangun kan? "
Wira hanya tersenyum melihat kenyataan bahwa si kecil masih tertidur pulas.
Kemudian bergegas mengambil tas dan meringkas laptop beserta flasdisknya.
"Tidak ada yang ketinggalam Mas Wira," kata Arisanti
Sejenak Wira terdiam sambil mengingat ulang apa saja yang akan diperlukan untuk presentasi nanti dan mengingat ulang apa saja yang sudah di masukkan dalam tas semalam.
"Semua sudah siap Anti, baiklah aku beranglat dulu ya,"
"Iya Mas Wira, hati-hati di jalan ya !"
Kemudian Arisanti mencium punggung tangan Wira untuk melepasnya berangkat kerja dan di ikuti dengan seulas senyum.
Saat ini Arisanti masih diluar rumah ,setelah melepas suaminya berangkat kerja. Sementara dari teras rumah terdengar suara si kecil memanggil namanya. Spontan Arisanti berbalik badan mencari sumber suara. Si kecil tersenyum-senyum melihat respon ibunya. Arisanti berjalan menuju teras di mana si kecil berdiri.
"Rupanya sudah bangun nih, anak Ibu," kata Arisanti sambil mengelus rambut hitam anaknya.
Si kecil tersenyum kembali dan memeluk ibunya. Arisanti membalas pelukannya dengan hangat kemudian mengandengnya masuk kedalam rumah.
"Ayo Mandi, biar kulitnya sehat, segar serta berbau wangi."
"Udaranya Dingin, Pram jadi takut mandi ?" terus melingkarkan tangan mungilnya ke pinggul ibunya. Arisanti tertawa geli melihat perilaku buah hatinya.
"Sama Ibu pasti tidak dingin."
Akhirnya si kecil menuruti ibunya melangkah menuju kamar mandi.
Alhamdulillah, anak ibu yang ganteng sudah wangi dan terlihat tambah ganteng. Yang di puji hanya mesam- mesem sambil membawa mainan.
"Sekarang , sarapan dulu. Makan sendiri ya, katanya sudah ingin sekolah."
"Minta disuapi ibu. Setelah makan Pram mau bermain. Kalau ngak disuapi ngak mau makan."
Sambil berlari memainkan pesawat terbangnya.
Akhirnya, Arisanti mengalah menyuapinya.
Setelah itu dilanjutkan mencuci piring, membersihkan dapur, mengambil cucian dari mesin cuci untuk dijemur. Sesekali menengok Pram yang lagi main lego di kamar.
Jemuran yang sudah kering masih menggunung di tempat setrika baju, belum dilipatnya. Dirapikan baju-baju itu ditaruh lemari, tahu -tahu azan luhur sudah berkumandang
Arisanti menghela napas panjang, masih banyak pekerjaan belum diselesaikan. Ia berpikir lagi harus dengan cara bagaimana pekerjaan domestik bisa segera selesai.Dalam hati Ia berkata, ternnyata menjadi seorang ibu itu butuh perjuangan yang panjang untuk bisa menjaga keluarganya menjadi harmonis . Lamunannya dikejutkan dengan teriakan Pram dari kamar.
l
.
Comments
Post a Comment