Rumah Masa Kecilku
Rumah Masa Kecilku
By: Essetyowatie
Pagar dari batu bata yang menjadi pembatas antara kebun dan jalan itu sebagian sudah roboh digantikan dengan beberapa tanaman liar yang tumbuh. Kemudiam rumput liarnya ikut menghiasinya, terkesan tumbuh tak beraturan.
Pohon di samping kanan dan kiri rumah telah menjulang tinggi, begitu pun yang didepannya. Halamannya lumayan luas ditumbuhi rumput sehingga saat musim panas tidak tampak gersang dan saat musim hujan tidak becek. Dua pohon mangga di depan rumah itu sudah tinggi pula dan diameter pohonnya kurang lebih 60 cm. Didepannya ada lahan pertaniaan milik pemerintah yang sangat luas. Dulu orang sering menyebutnya dengan lambau
Else menarik napas panjang saat melihat kondisi lambau tersebut. Dulu sewaktu Else masih duduk sekolah dasar lambau itu sangat terlihat rapi dan teratur dengan lenjagaan yang ketat. Banyak pekerja yang mengolah lahan di sana.
Paling luar yang berbatasan dengan jalan di depan rumahku ditanami pohon mangga. juga pohon juwet , jambu air,jambu biji ,dan jambu darsono. Sehingga saat musim buah tiba pohon- pohon itu sangat menarik dioandang dari luar pagar berduri. Tentu saja sangat memikat anak-anak yang melihatnya.
Bayangan Else kembali pada puluhan tahun yang lalu ketika musim mangga tiba. Banyak anak-anak yang sebaya dengannya mencuri kesempatan untuk mengambil buah mangga di lambau tersebut. Tentu saja itu kucing kucingan dengan penjaganya. Padahal lambau tersebut dipagari kawat berduri,sehingga kalau kurang hati hati saat melawati pagar tersebut atau “brobos” ,pakaiannya bisa saja kesangkut kawat berduri .Tetapi yang namanya anak-anak hal-hal tersebut tidak dihiraukannya.
Yang terjadi dipikiran anak anak waktu itu adalah kegembiraan bisa mengambil buah mangga dan saat berlari untuk menghindar suosupaya tidak ketangkap waktu diketaui oleh penjaga pertanian tersebut. Padahal kalau dipikir hanya beberaoa buah saja yang diambil kemudian dimakan bersama dan di cocol dengan garam.
Else tersenyum sendiri saat bayangan itu terlintas dalam pikirannya. Tiba tiba saja sekan nasihat bapaknya terdengar kembali.”Else, jangan suka mengambil buah manga di lambau ,bapak kenal betul dengan pegawai dan pimpinan kantor itu.Kalau sampai kamu ketanggap petugas gara- gara mencuri mangga, bapak sangat malu sekali. Dikira bapak tidak bisa mendidikmu. Yang lebih penting mencuri itu dosa dan tidak dibenarkan.”
Bersambung.
Comments
Post a Comment