Obrolan di Warung Kopi
Obrolan di Warung Kopi
picby:lelyozz.blogspot.com
By:EsSetyowatie
Mata ini rasanya sudah sangat berat, serangan mengantuk telah mendekat. Andaikan saja tidak sedang dalam perjalanan, tentu Wanto sudah tidur memeluk guling. Tetapi kini harus berjuang melawannya demi sebuah tujuan untuk segera sampai rumah. Apalagi saat itu Wanto membonceng istrinya Wanti. Karena tidak ingin terjadi sesuatu yang tidak baik, akhirnya diambil keputusan untuk beristirahat sejenak
“Ayo cari kopi dulu,” ajak Wanto pada istrinya
“Ayok, Mas Wanto. Aku juga merasakan ngantuk.”
Keduanya berbelok di warung kopi yang tempatnya mirip lapangan, banyak pula kiosnya.Kenapa begitu? Karena tempatnya luas dan lapang ada juga beberapa stan yang buka ,namun tak sedikit yang tutup. Bahkan dibagian belakang ada bangunan yang mlangkrak .
Katanya, memang proyek itu belum selesai, tetapi pemborongnya lari, tidak tanggung jawabnya. Ada isu juga, katanya bahan yang digunakan kurang bagus , sehingga cepat rusak. Katanya hal seperti itu sering terjadi di lapangan.
Bagi Wanto, mungkin cerita hal seperti itu sudah seperti “sego jangan”, tetapi bagi Wanti yang notabene hanya berkutat di rumah sebagai ibu rumah tangga. Sebuah pekerjaan yang tak pernah selesai walaupun di mulai dari terbit fajar sampai senja siap menggulung tikar. Masalah di lapangan seperti itu tentu hal yang tidak pernah dibayangkan sebelum menikah.
Wanti serba salah ,mau tanya ke suami nanti dicap cerewet, apalagi di tempat umum yang tidak pernah sepi. Nanti akan merusak suasana hati suaminya. Karena saat itu wajah suaminya semringah menampakkan giginya yang putih bersih ,sepertiniklan pasta gigi. Akhirnya Wanti hanya mendengarkan obrolan para pengunjung warung yang sudah mendapatkan cangkir kopi.
Kini giliran Wanto dan Wanti, ditanya oleh pramuniaga mau beli minuman. “Saya maksutnya,” kata Wanto menjelaskan
Iya,” kata Pramuniaganya
“satu cangkir kopi white dan satu cangkir kopi hitam,” ujar Wanto.
Obrolan mereka semakin gayeng, membahas seputar masalah sehari- hari, juga beberapa kebutuhan pokok yang harganya merambat naik. Kata mereka pula, “Tuhan sudah mengatur semuanya, j ,biarkan saja seperti air mengalir[tentu saja hak ini tidak bemar]Karwna yang namnya hidup itu harua bergerak dan selalu menyongsong matahari pagi.Hidup harus bekwrja keras dan cerdas,serta tuntas tanpa meninggalkan kewajiban apa pun yang sudah mereka program. Ada juga benanrnya obrolan di warung kopi itu bahwa hidup harus bekerja keras,cerdas dan tuntas
Perjalanan,2002022
Comments
Post a Comment